Monday, 16 July 2018

Sunday, 15 July 2018

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT AL-GHAZALI

TELAAH TESIS

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT AL-GHAZALI
(Suatu Telaah Kritis Dalam Perspektif Filosofis)
Oleh :
M. Anas Hs.

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Tesis




Dosen Pengampu:
 Dr. Munirul Abidin, M.Pd.




Oleh :
Indra
10770017
Hikmatus Sa’diyah
10770018
Riris Lutfi N. L
10770019
Silvia Falah
10770021




 












PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2011

IDENTITAS TESIS

Judul :   KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT AL-GHAZALI
(Suatu Telaah Kritis Dalam Perspektif Filosofis)
Peneliti :   M. Anas Hs. (NIM: 98103035-S)
Kampus : Universitas Muhammadiyah Malang Program Pascasarjana Program Studi:   Pendidikan Agama Islam, Januari 2006
Dosen Pembimbing:
1. Dr. Tobroni, M.Si
2. Dr. Syamsul Arifin, M.Si

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pembatasan Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
E. Kajian Kepustakaan
F. Metodologi Penelitian
G. Sistematika Pembahasan

BAB II KEHIDUPAN DAN PEMIKIRAN
A. Biografi Singkat
B. Latar Belakang Sosial Pendidikan
C. Pemikiran
1. Ilmu Kalam
2. Filsafat
3. Tasawuf
4. Pendidikan
5. Fiqh
D. Karya Al-Ghazali

BAB III KONSEP PENDIDIKAN AL-GHAZALI
A. Pandangan tentang Manusia
B. Konsep Dasar Pendidikan
1. Pengertian
2. Landasan
3. Prinsip Umum
C. Sistem Pendidikan
D. Orientasi dan Wawasan
E. Tujuan Pendidikan
F. Metodologi Pendidikan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
ABSTRAK

Al-Ghazali adalah seorang ulama besar yang ingin memperbaiki kondisi keberagaman melalui gerakan-gerakan intelektual. Gerakan intelektuanya berusaha membangun paradigma ilmuwan yang paripurna, yakni berilmu sekaligus beramal. Al-Quran menyatakan bahwa ilmu yang diperolehnya itu tidak cukup dari hasil kerja rasional dan logikal (metode ilmiah), tetapi juga dari proses kasyf  dan ma’rifah (dalam tasawuf disebut metode irfani).
Gagasan al-Ghazali tentang pendidikan ini dilatarbelakangi oleh situasi yang menyebabkan merosotnya moral agama, lantaran dasar-dasar pendidikan telah keluar dari konsep –konsep agama, terutama anggapan terhadap manusia sebagai makhluk liberal-individualistik, rasional mutlak dan sekularisme, sehingga fungsi pendidikan hanya bersifat keduniaan, materialis tanpa idealis, dunia tanpa akhirat.
Keadaan masyarakat bahkan ulama yang demikian ini sangat menyedihkan sehingga harus segera mendapatkan terapi rehabilitasi moral agama. Dalam rangka terapi dan rehabilitasi itu, al-ghazali menulis karya-karya intelektualnya, yang diantaranya ialah karyanya yang monumental Ihya’ Ulumuddin.
Tesis ini merupakan penelitian pemikiran dan konsep-konsep yang digagas oleh al-Ghazali khususnya tentang pendidikan. Bagaimana pandangan al-Ghazali terhadap hakikat manusia sebagai pelaku pendidik dan terdidik. Bagaimana konsep dasar Pendidikan Islam al-Ghazali. Bagaimana teori Pendidikan Islam al-Ghazali dikaji secara filosofis.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam tesis ini adalah untuk mengetahui pandangan al-Ghazali terhadap hakikat manusia sebagai pelaku pendidik dan terdidik. Untuk menganalisa konsep dasar pendidikan al-Ghazali berperan dalam dunia pendidikan. Untuk menganalisa konsep al-Ghazali dari sudut pandang filosofis dan adanya kemungkinan alternatif bagi penerapan teori pendidikan al-Ghazali dengan pemikiran filosofisnya.
Dalam penelitian ini menggunakan metode library research berupa pola deduktif, induktif, dan komparatif dengan analisis hermeneutik analisis isi (content analysis) yang kesemuanya bertolak dari dasar pemikiran filosofis.
Dalam sistem pendidikan Islam tidak dikenal pendidikan agama dan pendidikan umum tanpa mengkaitkan keduanya. Tidak ada istilah ilmu akliyah tanpa mengikutsertakan ilmu syariah, tidak mengembangkan kognitif kecuali afektif dan psikomotorik sekaligus. Dengan empat potensi nafs, qalb, roh, dan aql yang ada pada diri manusia sebagai argumentasi membuat pandangan tentang manusia yang berbeda, lebih konkrit dan realistis.
Pembahasan al-Ghazali tentang manusia ada beberapa segi yang dapat dilihat sebagian dari pandangan logika bahwa diri manusia pada hakikatnya adalah terbesar terletak pada sifat metafisiknya, bukan fisiknya.
Keberhasilan dan kegagalan suatu proses pendidikan secara umum dapat dilihat dari out-putnya, yakni orang-orang sebagai produk pendidikan. Bila pendidikan menghasilkan oang-orang yang dapat bertanggungjawab atas tugas-tugas ketuhanan, bertindak lebih bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain, pendidikan tersebut dapat dikatakan berhasil. Sebaliknya, bila outputnya adalah orang-orang yang tidak mampu melaksanakan tugas hidupnya, pendidikan tersebut mengalami kegagalan.

Analisis

Abstrak adalah ringkasan dari isi penelitian yang dituangkan secara singkat dan padat. Dengan membaca abstrak diharapkan pembaca dapat memperoleh gambaran umum dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Untuk itu, dalam abstrak disajikan secara singkat dan padat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah dan atau tujuan penelitian, metode penelitian yang digunakan, hasil dan temuan penelitian yang diperoleh, kesimpulan yang ditarik, dan jika ada, saran yang diajukan.
Mengacu pada hal tersebut, kami memandang bahwa abstraksi yang dilakukan peneliti sudah memenuhi kriteria-kriteria pembuatan abstrak yang benar. Peneliti telah menyinggung siapa Al-Ghazali dan mengapa ia banyak memberikan sumbangsihnya pada dunia pendidikan. Peneliti juga telah menjelaskan mengenai jenis metode penelitian yang digunakannya, yaitu library research. Namun kemudian, pada akhir dari penulisan abstraksi ini, peneliti tidak secara jelas mengungkap hasil dari penelitiannya. Peneliti hanya mengungkap hakikat manusia menurut al-Ghazali, padahal rumusan masalah yang diangkat adalah konsep-konsep yang digagas oleh al-Ghazali khususnya tentang pendidikan, konsep dasar Pendidikan Islam al-Ghazali, teori Pendidikan Islam al-Ghazali dikaji secara filosofis. Selain itu, peneliti juga tidak mencantumkan key words atau kata kunci dalam abstraksi ini.


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka pencapaian kehidupan manusia baik yang bersifat individu maupun masyarakat, pendidikan adalah suatu hal yang mutlak harus ada, oleh karena itu, Islam yang ajarannya bertujuan untuk kemaslahatan manusia menjadikan pendidikan sebagai salah satu aspek ajarannya, bahkan menempati peran yang sangat menentukan. Hal ini bisa dimaklumi karena agama pada dasarnya adalah suatu ajaran yang disampaikan oleh para penyerunya kepada umat manusia, tentu saja hal itu dengan cara penanaman ajaran agama itu pada umatnya. Penanaman suatu ajaran tentu melalui suatu proses dan proses penanaman itu sendiri ke dalam diri manusia adalah salah satu batasan yang diberikan para ahli trhadap pendidikan.
Sebenarnya Sejarah Pendidikan Islam telah menampilkan pakar pendidikan muslim yang cukup handal yang membahas masalah pendidikan dalam Islam, seperti al-Ghozali (W. 111 M), Ibnu Sina (W.1228 M), Ibnu Kholdun (W. 1405 M), dan para pakar pendidikan muslim lainnya, namun ide-ide mereka yang tertuang dalam karya-karya mereka di abad modern ini sangat sedikit mendapat perhatian dari pakar pendidikan muslim.
Al-Ghozali (450 H/1054 M – 505 H/111 M) sebagaimana disebutkan di atas adalah salah seorang pakar pendidikan Islam yang cukup besar andilnya dalam dunia pendidikan Islam. Namun ide-idenya yang tertuang dalam karya-karyanya berupa tulisan-tulian mengenai pendidikan masih sangat kurang mendapatkan perhatian dari para pakar pendidikan khususnya pakar pendidikan Islam. Padahal al-Ghazali lebih banyak memberikan perhatiannya di dalam hidupnya untuk ilmu pengetahuan, baik sebagai penuntut ilmu maupun sebagai pendidik. Ide-idenya banyak tentang pendidikan banyak dijumpai dalam tulisan-tulisannya seperti di dalam Ihya ‘Ulumuddin, Al-Munqidzu min al-Dhalal, Ayyuha al-Walad dan beberapa karya lainnya.
Akhir-akhir ini telah bermunculan usaha dari pakar pendidikan yang mencoba membahas ide-ide al-Ghazali tentang pendidikan, myang diambil dari karya-karyanya tersebut di atas. Mungkin yang membahas pertama kali ke arah ini dan menuangkannya ke dalam buku adalah Prof. Fathiyah Hasan Sulaiman, seorang guru besar dalam bidang Pendidikan dan Sejarah pada Universitas ‘Ain Syam, Mesir dengan judul Madzahibu Fi al-Tarbiyah Bahtsun Fi al-Madzahibi al-Tarbawiyyi ‘Inda al-Ghazali. Begitu banyaknya penggemar buku ini hingga harus dilakukan pencetakan ulang beberapa kali. Di Indonesia pun karya tersebut diterjemahkan, paling tidak ada tiga judul yang berbeda, yakni: “Konsep Pendidikan Al-Ghazali” oleh Ahmad Hakim dan M. Imam Aziz, “Alam Pikiran al-Ghazali mengenai Pendidikan dan Ilmu” oleh Herry Noer Ali, “Al-Ghazali dan Plato dalam Aspek pendidikan (suatu studi) oleh H.M.Mochtar Zoerni dan Baihaqqi Syafiuddin”.
Namun kemudian, dalam memberikan pengantar pada salah satu buku terjemahan tersebut, Prof. Dr. Hasan Langgulung mengomentari bahwa sebenarnya apa yang dihasilkan oleh Fathiyah tentang pendidikan tidak secara utuh, dalam hal ini hanya menyangkut aspek kurikulum. Jadi menurutnya buku ini cukup diberi judul “Kurikulum Pendidikan Islam menurut Versi al-Ghazali” atau “Manhaj al-Tarbiyah al-Islamiyah ‘Inda al-Ghazali”.
Dari usaha di atas nampak keterbatasan hasil kajian yang mengkaji karya-karya al-Ghazali tentang pendidikan. Apakah memang hanya aspek ini yang ada pada karya-karyanya tentang pendidikan?.


Analisis:

Pada bagian latar belakang hendaknya peneliti memaparkan/ mengemukakan adanya harapan/idealitas/das sein/apa yang seharusnya terjadi dan juga memaparkan bagaimana fakta/fenomena yang ada/ das sollen/ apa yang sesungguhnya terjadi, sehingga ditemukan gap/kesenjangan atau masalah.
Peneliti telah membuat latar belakang dengan baik dimana peneliti telah menggambarkan tentang beberapa karya al-Ghazali yang menurutnya itu merupakan keunikan dari konsep al-Ghazali tentang pendidikan yang tertuang dalam karya al-Ghazali tersebut sehingga peneliti merasa tertarik untuk meneliti dalam hal menanalisis konsep pendidikan menurut al-Ghazali.

B. Rumusan Masalah
Pembahasan masalah dalam tesis ini berkisar pada masalah pemikiran al-Ghazali yang berkaitan dengan bidang pendidikan, bila tanpa batasan maka pengertiannya akan sangat luas sekali, oleh sebab itu agar tidak berkembang ke arah yang tidak diinginkan dan lebih mudah dipahami, maka perlu kiranya diberi batasan masalah, yang bermuatan pengkajian tentang pemikiran pendidikan al-Ghozali ditinjau dari filosofis sebagai berikut:
Kajian yang berkaitan dengan pendidikan menurut al-Ghazali diarahkan dan dibatasi pada: 1) pandangan tentang manusia, 2) konsep dasar pendidikan, 3) sistem pendidikan, 4) orientasi dan wawasan, 5) tujuan pendidikan, 6) metodologi, 7) teori pendidikan, dan 8) perspekrif pendidikan.
Kajian yang berkaitan dengan studi analisis teori pendidikan pemikiran filosofi, al-Ghazali serta kesesuaian degnan ayat-ayat al-Quran dan Hadis yang mendasarinya akan melahirkan beberapa pokok masalah yang perlu pemecahan, antara lain 1) bagaimana pandangan al-Ghazali terhadap manusia, 2) bagaimana konsep dasar pendidikan Islam al-Ghazali, dan 3) bagaimana teori pendidikan Islam al-Ghazali dikaji secara filosofis.

Analisis:
Dalam penulisan perumusan masalah ini peneliti sudah tepat mengungkapkan fokus permasalahan yang akan di bahas dalam tulisannya, meski di awali dengan bentuk pernyataan sebagai batasan maslah kemudian diikuti pertanyaan sebagai rumusan masalah, karena penyataan dan pernyataan di atas telah mewakili sub bahasan tentang konsep pendidikan menurut al-Ghazali yang peneliti kritisi.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian:
1. Untuk mengetahui pandangan al-Ghazali terhadap hakikat manusia sebagai pelaku pendidik dan terdidik.
2. Untuk menganalisa konsep dasar pendidikan al-Ghazali berperan dalam dunia pendidikan, terutama jika ditinjau dari sudut pandang, mengenai manusia, konsep dasar pendidikan, sistem pendidikan, wawasan pendidikan, metodologi pendidikan dan perspektif pendidikan menurut al-Ghazali.
3. Untuk menganalisa konsep pendidikan al-Ghazali dari sudut pandang filosofis dan kemungkinan alternatif bagi penerapan teori pendidikan al-Ghazali dengan pemikiran filosofisnya.

Dengan demikian maka hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan beberapa hal yang berguna untuk:
Memberi masukan dan informasi tentang hakikat manusia dan keharusan adanya pendidikan, sehingga dapat dimanfaatkan bagi siapa saja yang berkesesuaian dengan masalah ini.
Sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut, dengan mengembangkan lebih khusus dalam bidang pendidikan Islam.
Menumbuhkan inovasi baru dalam teori pendidikan yang kemungkinannya dapat lebih menumbuh kembangkan penerapan sistem pendidikan yang lebih baik.

Analisis:

Sudah sesuai karena tujuan penelitian telah ditulis secara jelas dan konsisten dengan apa yang dikemukakan rumusan masalah. Sebagaimana dijelaskan bahwa tujuan penelitian pada dasarnya adalah memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Implikasinya, masalah perlu dirumuskan terlebih dahulu bukan sebaliknya.
Tujuan penelitian yang peneliti tulis telah tepat menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah di atas, disamping menjawap pertanyaaan peneliti juga mengimbuhi dengan penjelasan yang tepat shingga para pembacanya tesis ini lebih mudah dalam mencerna apa permasalah yang di angkat oleh peneliti tersebut.
Pada bagian kegunaan penelitian, peneliti telah memaparkan secara spesifik kegunaan-kegunaan yang didapatkan dengan adanya kegiatan penelitian yang dilakukannya, khususnya bagi peneliti, pengembangan ilmu, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan proyek penelitian.

D. Kajian Pustaka
Sebelumnya telah banyak kajian-kajian para peneliti tentang pemikiranya. Seperti antara lain beberapa karya sebagai berikut: konsep Ilmu menurut al-Ghazali oleh M. Basri Ghazali, Konsep Guru al-Ghazali ditulis oleh Imam Syafi’i, Pokok-Pokok Pikiran al-Ghazali tentang Pendidikan suatu tinjauan Sistemik ditulis oleh M. Hatta, Seluk-Beluk Pendidikan dari al-Ghazali ditulis oleh Zainuddin. Besar kemungkinannya masih banyak lagi, namun yang jelas penelitian yang berorientasi pada Konsep pemikiran Pendidikan Islam menurut al-Ghazali; Suatu Telaah Kritis dalam Perspektif Filosofis belum ada.

Dengan adanya rasa keyakinan dan kemantapan sebagaimana tersebut diatas maka penelitian ini dilakukan, lebih dari itu dengan penuh harap penulisan tesis ini dapat menjadi pelengkap penelitian yang sudah ada, serta kiranya dapat memberikan informasi penting yang perlu diketahui bahwa selain al-Ghazali termasyhur sebagai ulama besar Islam, seorang filosof besar yang kritis, sebagai seorang sufi, seorang fuqaha’ sekaligus sebagai seorang yang penuh perhatian terhadap Pendidikan Islam.

Analisis:

Pada sub kajian pustaka ini, peneliti telah menyebutkan beberapa penelitian terdahulu yang juga mengkaji tentang pemikiran al-Ghazali. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah benar-benar penelitian baru dan belum pernah ada peneliti lain yang membahas tema penelitian ini. Peneliti juga berusaha menunjukkan siginifikansi penelitian yang dilakukannya yang berbeda dengan penelitian terdahulu. Namun, peneliti tidak secara detail menjelaskan pokok pikiran ataupun isi yang dibahas oleh beberapa penelitian terdahulu tersebut.
Menurut penganalisis, peneliti seharusnya mendeskripsikan secara singkat dan jelas masing-masing dari beberapa penelitian terdahulu sehingga tampak jelas letak perbedaan dengan penelitian yang dilakukannya. Sehingga urgensitas dan signifikansi dari penelitian yang dilakukan benar-benar terlihat dalam point ini dan bukan sekedar plagiasi terhadap penelitian terdahulu dan bisa diakui sebagai penelitian baru.

E. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam pembahasannya menggunakan metode-metode yang lazim digunakan dalam library research berupa pola pikir deduktif, induktif dan komparatif yang ke semuanya itu bertolak dari dasar pemikiran filosofis.
Untuk mengungkap semua itu, langkah pertama perhatian dipusatkan kepada penelitian kepustakaan. Oleh karena itu sesuai dengan rumusan masalah yang dikedepankan diatas, maka upaya yang dilakukan adalah menghimpun data dari buku-buku teks yang terkait dengan permasalahan.
Data primer diambil dari karya al-Ghazali yang Ihya’ ulumuddin, sedangkan data sekunder diambil dari judul Al-Tarbiyyatu ‘inda al-Ghazali dan dari buku-buku yang ditulis oleh sejarawan lain.
Dalam rangka untuk menyempurnakan analisis data digunakan analisis isi (content analysis) dengan analisis hermeneutik. Penggunaan analisis hermeneutik dilakukan dengan harapan tidak hanya dapat mengetengahkan pikiran-pikiran yang tersurat tetapi juga mengungkapkan ide-ide yang tersirat.

Analisis

Peneliti telah menggunakan jenis penelitian yang benar, yaitu library research. Akan tetapi peneliti tidak menyebutkan pendekatan penelitan yang digunakan, yang dalam hal ini adalah kualitatif. Library research atau studi literatur adalah kegiatan yang meliputi mencari secara teratur, melokalisasi, dan menganalisis dokumen yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Dokumen itu bisa berupa teori-teori dan bisa pula hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.
Peneliti juga telah menyebutkan data primer dan sekunder dalam penelitian ini, yaitu kitab Ihya’ Ulumuddin sebagai data primer dan Al-Tarbiyyatu ‘Inda al-Ghazali serta buku-buku lain sebagai data sekunder. Maka dalam hal ini metode yang digunakan peneliti sudah tepat dalam menggali konsep pendidikan yang tersembunyi didalam karya al-Ghazali.    
Adapun teknik analisis yang digunakan oleh peneliti adalah jenis content analisis dengan menggunakan analisis hermeneutik. Hal ini telah sesuai, karena pada dasarnya peneliti menyebutkan bahwa dalam Ihya ‘Ulumuddin, sebagai data primer, tidak dijelaskan secara eksplisit mengenai konsep pendidikan secara utuh, sehingga peneliti harus menggali dan menganalisisnya.
Pada dasarnya penelitian ini juga menggunakan pendekatan filosofis dalam analisisnya, tetapi peneliti tidak menyebutkannya dalam metodologi penelitian ini.

F. Sistematika Pembahasan

Analisis:

Pada bagian ini kiranya penulis telah mengacu pada buku panduan penulisan tesis yang disyahkan oleh kampus UMM tersebut. Disamping itu mengenai sistematika pembahasan dalam tesis ini bisa dilihat pada daftar isi tesis ini. Kami merasa sudah relevan dengan sistematika penulisan karya ilmiah.


BAB II KEHIDUPAN DAN PEMIKIRAN

A. Biografi Singkat
B. Latar Belakang Sosial Pendidikan
1. Situasi dan Kondisi Sosial
2. Kondisi Pendidikan
3. Keagamaan
C. Pemikiran al-Ghazali
1. Ilmu Kalam
2. Filsafat
3. Tasawuf
4. Pendidikan
5. Fiqh
E. Karya Al-Ghazali

Analisis:
Pada bab ini, penulis telah memaparkan biografi Imam Al-Ghazali dengan terperinci. Penulis sudah menyebutkan tentang identitas diri Al-Ghazali, riwayat pendidikannya, sejarah sosialnya, aktivitas terkait bidang yang dikaji yaitu tentang pemikiran Al-Ghazali mengenai pendidikan, serta karya-karya yang telah ditulis oleh Al-Ghazali. Dari sini menunjukkan bahwa karya tesis ini menunjukkan studi tentang tokoh.

BAB III KONSEP PENDIDIKAN AL-GHAZALI

A. Pandangan tentang Manusia
Pamdangan al-Ghazali tentang manusia, jika dicermati melalui beberapa tulisannya, sebenarnya tidak hendak mengubah pandangan para pendahulu, atau setidaknya menciptakan inovasi baru para tokoh lainnya tentang manusia, akan tetapi mengembalikan hakikat tentang realita manusia berdasarkan pada kodrat manusia sendiri. Menurutnya pandangan lama terhadap manusia bersifat fatalis. Dahulu kala kepercayaan manusia mengarah pada kekuasaan alam. Matahari ada karena sudah kehendak alam. Kepercayaan semacam itu lalu menjadi spesifik dan berubah menjadi agama-agama tertentu. Kekuasaan alam menjadi kekuasaan Tuhan.

B. Konsep Dasar Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Ihya’ ulumuddin adalah merupakan kumpulan/ intisari pemikiran al-ghazali yang paling komplit, berbagai bidang ilmunya tertuang didalamnya meskipun tidak dituangkan secara utuh. Sebagaimana pemikirannya dalam bidang pendidikan, disana belum dirumuskan secara utuh mengenai pengertian pendidikan. Hal ini dapat dipahami karena al-Ghazali belum sampai membahas ilmu pendidikan.
Adapun unsur-unsur pembentuk pendidikan dari al-ghazali dapat dilihat dari pernyataan berikut ini:
“sesungguhnya hasil ilmu itu ialah mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam, menghubungkan diri dengan ketinggian malaikat dan berhampiran dengan malaikat tinggi”.(al-Ghazali juz : 1)                                                                                                       
2. Landasan
Firman Allah (QS Ar-Rum: 30,Yusuf: 76,As-Syura: 11,Yasin: 77, Al-Hijr: 28-29) dan sabda Rasulullah merupakan landasan pendidikan bagi manusia karena esensi manusia adalah merupakan kesatuan antara ruh dan jasad, dalam ruh tempat bersemayamnya aql, nafs dan qalb sedangkan jasad adalah merupakan media dari esensinya, keduanya mempunyai hubungsn yang khusus, akhirnya Al-Ghazali menjelaskan tentang sifat-sifat  dasar atau fitrah manusia yang tidak dapat berubah.
Dari sini dapat dinyatakan pula bahwa konsep pendidikan Al-Ghazali selalu aktual. Karena Al-Ghazali berpijak pada pemikiran tentang manusia yang fitrahnya tidak berubah. Sebaliknya, konsep pendidikan sekarang tampak tidak berangkat dari manusia, tetapi dari ilmu dan alam sehingga kurang dapat ditentukan arahnya.
3. Prinsip Umum
1. Pengertian
Menurut Dewey, pendidikan adalah rekonstruksi dan reorganisasi pengalaman secara konstan.pengertian ini berbeda dengan pengertian pendidikan menurut Al-Ghazali. Menurut, Al-Ghazali, pendidikan adalah mempersiapkan individu atau pribadi agar bisa menghadapi kehidupan ini secara sempurna, hidup bahagia,cinta tanah air, kuat jasmani, sempurna akhlaknya, teratur dalam berpikir, berperasaan lembut, mahir di bidang ilmu, saling membantu dengan sesamanya, memperindah ungkapan pena dan lisannya, serta membaguskan amal perbuatannya.
  Dari sudut pandang mengenai arti pendidikan dia atas, nampak Al-Ghazali mengambilyang lebih praktis dari pada Dewey yang bersifat eksperimentalis dan filosofis.
2. Landasan
Pemikiran tentang teori pendidikan yang berkembang di Barat, umumnya dan bagi Dewey  khususnya  memiliki landasan yang berantesenden pada pemikiran filosofis yang berkembang pada masa  Yunani kuno dan eropa abad pertengahan. Sebaliknya, pemikiran tentang teori pendidikan yang dikembangkan di dunia Islam umumnya, dan bagi Al-Ghazali khusunya, memiliki landasan yang berantesenden pada pemikiran reflektrif dari Al-Quran dan Hadis dengan dasar iman
3. Prinsip umum
Lebih lanjut Al-Ghazali menyatakan bahwa untuk sammpai pada pendidikan yang sejati, harus bisa memanfaatkan pembawaan anak atau karunia Allah yang diberikan kepadanya.perlu memperhatikan pendidikan jasmani, akal, akhlak, sosial, kesadaran, sikap, mendayagunakan aktifitasnya dan seringkali membiasakan adat yang baik

C. Sistem Pendidikan
1. Pengertian
a. Sistem dapat dikatakan sebagi perangkat elemen yang berkaitan dan berfungsi searah tujuan yang dicanangkan.
b. Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan ruhani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian yang utama menurut ukuran Islam (Ahmad D Marimba,1987, hlm 23).
c. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud pendekatan semantik dalam pendidikan Islam ialah usaha mengkaitkan dan memfungsikan elemen-elemen yang ada dalam proses pendidikan Islam untuk mencapai tujuan yang dicanangkan.
2. Sumber-sumber pendidikan Islam
Sumber otentik bagi sistem pendidikan hidup Islam ialah Al-Quran dan sunnah Rasul. Pendidikan Islam haruslah bersumber dari keduanya.hal ini sesuai dengan hadis”telah aku tinggalkan padamu dua hal, engkau tidak akan tersesat sesudah keduanya, ialah kitab Allah dan Sunnahku. (HR Malik)
3. Dasar- dasar pendidikan Islam
Ada beberapa nilai fundamental dalam sumber pokok ajaran Islam yang harus dijadikan dasar bavgi pendidikan Islam yaitu; akidah, akhlak, penghargaan akal, kemanusiaan, keseimbangan, dan rahmat bagi seluruh alam.
Pendidikan mengarah kepada pembentukan insan kamil, yakni khalifah Allah yang pada hakikatnya ialah manusia shalih, manusia yang mampu memanfaatkan potensi diri yang semaksimal mungkin untukmemakmurkan bumi, berilmu pengetahuan memadai, amal yang baik, bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakatnya, sanggup mengibarkan bendera keadilan, waspada dalam menghadapi arus kedhaliman, kreatif dan tampil bekerja.

D. Orientasi dan Wawasan
1. Problem Pendidikan Dewasa Ini
Keberhasilan dan kegagalan suatu proses pendidikan secara umum dapat dilihat dari out-putnya, yakni orang-orang sebagai produk pendidikan. Bila pendidikan menghasilkan oang-orang yang dapat bertanggungjawab atas tugas-tugas ketuhanan, bertindak lebih bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain, pendidikan tersebut dapat dikatakan berhasil. Sebaliknya, bila outputnya adalah orang-orang yang tidak mampu melaksanakan tugas hidupnya, pendidikan tersebut mengalami kegagalan.
Singkatnya kegagalan pendidikan menyebabkan manusia tidak lagi berkedudukan sebagai manusia yang sebenarnya yang menyandang gelar paling mulia, bahkan turun menjadi makhluk yang paling rendah, lebih rendah dibanding binatang.
Kalau dianalisis kegagalan pendidikan karena prosesnya masih menghadapi beberapa masalah sebagai berikut:
Perbedaan penekanan antara pengertian pendidikan yang menekankan aspek akhlak dan budi, dan pengertian pengajaran yang menekankan konsumsi otak. Proses pendidikan sekarang lebih cenderung kepada istilah kedua yang lebih mengutamakan aspek kognitif dan psikomotorik dan kurang dalam aspek afektif.
Tujuan utama murid dalam belajar ialah memperoleh ijazah dan selanjutnya melamar pekerjaan. Inilah penyakit yang melanda dunia pendidikan yang mendapat perhatian besar dari pemerintah sekarang.
Pendidikan agama hanya berkisar dalam ilmu kalam dan fiqih dalam arti sempit. Maksudnya kurang adanya penekanan dalam tafaqquh al-din (penerapan agamanya).
Kurikulum pendidikan yang belum terarah dan terpadu. Setiap bidang studi tidak disusun dengan mengaitkan antara bidang studi yang satu dengan bidang studi yang lain, lebih-lebih ilmu kauniyah dan ilmu-ilmu ilahiyah.
Bagaimanapun juga pendidikan perlu diperbaiki tidak hanya subyek didiknya, metode pengajarannya, kurikulumnya dan segi-segi lain yang mendukung tercapainya maksud dan tujuan pendidikan. Akan tetapi juga menyangkut intisari pendidikan itu sendiri.

2. Relevansi Pemikiran Pendidikan al-Ghazali dengan Pendidikan Dewasa Ini
Memang sistem sekuler di Barat telah mampu menjawab tantangan-tantangan yang bersifat pemenuhan kebutuhan manusia di bidang materi, didahului dengan pengembangan pengetahuan untuk mencapai keunggulan sains dan teknologi. Akan tetapi dibalik itun sebenarnya telah membawa krisis kepribadian, kehancuran nilai-nilai manusia.
Dalam sistem pendidikan Islam tidak dikenal pendidikan agama dan pendidikan umum tanpa mengkaitkan keduanya. Tidak ada istilah ilmu akliyah tanpa mengikutsertakan ilmu syariah, tidak mengembangkan kognitif kecuali afektif dan psikomotorik sekaligus. Dengan empat potensi nafs, qalb, roh, dan aql yang ada pada diri manusia sebagai argumentasi membuat pandangan tentang manusia yang berbeda, lebih konkrit dan realistis.
Terhadap tantangan–tantangan yang sedang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini, ternyata konsep pendidikan al-Ghazali mampu menjawabnya. Bukti konkrit dari jawaban itu adalah ihya’, yang menjadi pokok kajian pembahasan di dalam buku ini misalnya, yang kemudian diringkas dalam risalahnya Kimia Sa’adah, yang terdiri atas beberapa bahasan: (1). Pengetahuan tentang diri, (2) pengetahuan tentang Tuhan, (3) pengetahuan tentang dunia kita, (4) pengetahuan tentang akhirat, (5) musik dan tarian sebagai pembantu kehidupan keagamaan, (6) pemeriksaan diri dan dzikir kepada Allah, (7) perkawinan sebagai pendorong atau penghalang dalam kehidupan beragama dan (8) cinta kepada Allah.
Tampilnya pemikiran al-Ghazali tentang pendidikan dewasa ini adalah karena aktualitas konsepnya, kejelasan orientasi sistemnya, dan secara umum karena pemikirannya yang sesuai dengan konteks sosio kultural.

E. Tujuan Pendidikan
Menurut al-Ghazali, pendidikan dalam prosesnya haruslah mengarah kepada pendekatan diri pada Allah dan kesempurnaan insani, mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.
Al-Ghazali berkata;
“hasil dari ilmu sesungguhnya ialah mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam, dan menghubungkan diri dengan para malaikat yang tinggi dan bergaul dengan alam arwah, itu semua adalah kebesaran, pengaruh,  pemerintahan bagi raja-rajanya dan penghormatan secara naluri.” (al-Ghazali, Juz II, hlm. 217)
Al-Ghazali membagi tujuan pendidikan menjadi dua yaitu tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
1. Tujuan Jangka Panjang menurut al-Ghazali ialah pendekatan diri kepada Allah
2. Tujuan Jangka Pendek menurut al-Ghazali ialah profesi manusia sesuai dengan bakat dan kemampuannya
 Dapat dirumuskan bahwa tujuan pendidikan menurut al-Ghazali adalah sebagi berikut:
1. Mendekatkan diri kepada Allah
2. Menggali dan mengembangkan potensi atau fitrah manusia
3. Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya.
4. Membentuk manusia yang berakhlakul karimah
5. Mengembangkan sifat-sifat manusia yang utama sehingga menjadi manusia yang manusiawi.

F. Metodologi Pendidikan
Dari uraian mengenai kurikulum pendidikan menurut al-Ghazali dapat dipahami bahwa al-Ghazali telah meletakkan dasar-dasar penyusunan kurikulum yang harus disampaikan kepada dan diterima oleh murid secara bertahap sesuai dengan perkembangan anak untuk mencapai derajat yang tinggi, baik di dunia dan di akhirat. Pentahapan itu kemudian melahirkan metodik khusus pendidikan menurut al-Ghazali, dan tampak bahwa ia menekankan kepada pendidikan agama dan akhlak.

1. Metodik Khusus Pendidikan Agama
Metodik pendidikan agama menurut al-Ghazali, pada prinsipnya dimulai dengan hafalan dan pemahaman, kemudian dilanjutkan dengan keyakinan dan pembenaran, setelah itu penegakan dalil-dali dan keterangan yang menunjang penguatan akidah. Yang demikian merupakan pantulan dari sikap hidupnya yang sufi dan tekun beribadah.
Pendidikan agama pada kenyataannya lebih sulit dibanding dengan pendidikan lainnya, pendidikan agama menyangkut masalah-masalah perasaan dan lebih menitikberatkan pada pembentukan kepribadian murid. Oleh karena itu para guru bidang agama dituntut berusaha sedemikian rupa sehingga dapat membawa murid ke arah tercapainya tujuan pendidikan.
H.M Arifin menyatakan bahwa para guru adalah pemegang posisi kursi yang menentukan keberhasilan proses pendidikan (Arifin, 1991, hlm. 12)
Sebagaimana dikatakan Zakiyah Darajat, bahwa pendidikan agama dalam arti pembinaan kepribadian sebenarnya telah dimulai sejak anak lahir, bahkan sejak dalam kandungan (Zakiyah Darajat, hlm. 109). Karena itu usaha al-ghazali untuk menerapkan konsep pendidikannya dalam bidang agama dengan menanamkan akidah sedini mungkin dinilai tepat.

2. Metodik Khusus Pendidikan Akhlak
Al Ghazali mendefiniskan akhlak sebagai berikut:
“Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal meupun syara’, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak buruk”. (al-Ghazali, Juz III, hlm. 109).
Berangkat dari pengertian pendidikan dan akhlak yang telah disebutkan, maka pendidikan apapun, menurut al-Ghazali, harus mengarah kepada pembentukan akhlak mulia. Kalau kita mengenal adanya dua jalur dalam pelaksanaan pendidikan, yaitu jalur sekolah yang meliputi, pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan profesional, dan jalur luar sekolah yang meliputi, keluarga kelompok belajar, kursus dan dan satuan pendidikan sejenisnya. Kesemua itu pada akhirnya harus dapat mewujudkan manusia yang berakhlak mulia.

Uraian al-Ghazali tentang metodik praktis dan metodik khusus membentuk akhlak mulia menunjukkan bahwa untuk mengadakan perubahan akhlak tercela anak adalah dengan menyuruh melakukan perbuatan yang sebaliknya. Nampak ada 4 bentuk pendidikan al-Ghazali, yakni pendidikan akal, agama, akhlak, dan jasmani, dengan penekanan pada pendidikan agama dan akhlak sehingga dapat mencapai tujuan hidup yaitu insan kami. Seperti dikatakan Imam Barnadib, bahwa fokus pendidikan adalah manusia, baik dalam kedudukannya sebagai anak, remaja, atau dewasa (Imam Barnadib, 1988, hlm. 66)

G. Evaluasi Pendidikan Menurut al-Ghazali
Dalam membahas mengenai evaluasi pendidikan, al-Ghazali menggunakan kata muhasabah yang asal katanya berarti menghitung, memperkirakan. Al-Ghazali menggunakan kata tersebut untuk menjelaskan tentang evaluasi diri setelah m,elakukan aktivitas.
Adapun tujuan pendidikan yang diusung oleh al-Ghazali mengacu pada hadis Nabi yang juga dikutip al-Ghazali dalam bukunya, yaitu:
“jika kau telah merencanakan suatu pekerjaan atau suatu program kerja, maka pikirkanlah akibat atau hasil akhirnya. Jika kemungkinan benar (menguntungkan) maka teruskan, tetapi jika kemungkinan sesat (merugikan) maka hentikan rencana itu.”
Kutipan al-Ghazali tersebut menunjukkan tujuan evaluasi secara umum, sedangkan tujuan evaluasi pendidikan ialah mengontrol efektifitas dan efisiensi usaha dan sarana; mengetahui segi-segi yang mendukung dan menghambat jalannya proses pendidikan menuju tujuan. Adapun tujuan khususnya adalah berkaitan erat dengan masing-masing subjek dan kreatifitas atau objeknya.
Waktu yang disarankan al-Ghazali untuk mengevaluasi sesuatu adalah seperempat dari satuan waktu atau satu periode. Hal ini sesuai dengan kutipan dalam bukunya:
“seyogyanya bagi orang yang berakal mempunyai empat bagian waktu, dan satu bagian waktu darinya digunakan untuk mengevaluasi dirinya.” Evaluasi dilaksanakan baik diawal maupun di akhir, pretest ataupun posttest.

Analisis:

Bagian ini merupakan bagian terpenting dalam seluruh isi laporan, tetapi juga merupakan bagian yang paling sulit dikerjakan. Karena peneliti harus memaparkan temuan penelitiannya yang kemudian berusaha untuk menafsirkannya.
Pada bab ini peneliti telah memaparkan temuan-temuan penelitiannya yang digali dari data primer yaitu kitab Ihya’ Ulumuddin, sekaligus dari beberapa data sekunder yang terkait dengan topik penelitian. Kejelian dan ketajaman daya pikir peneliti dalam membahas temuan penelitian sangat penting.
Akan tetapi, suatu hal yang menurut penganalisis agak sedikit ganjil adalah tidak adanya bab pembahasan, yang seharusnya memaparkan hasil analisis peneliti terhadap temuan penelitian. Namun kiranya, hasil analisis penulis tersebut telah dipaparkan dalam bab ini. Sehingga menyebabkan tidak dicantumkannya bab Pembahasan tersendiri, dan hasil analisis peneliti telah include dalam bab ini.
Meski hal ini sedikit tidak menimbulkan masalah terkait dengan substansinya, namun agak rancu jika kita melihat penelitian ini secara global.
Isi dari beberapa bab dalam penelitian ini terkesan memaksakan. Misalnya, dalam sub-bab orientasi dan wawasan, di sana peneliti menjelaskan panjang lebar tetapi tidak diintegrasikan ke dalam pemikiran al-Ghazali.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian serta analisis pemikiran pendidikan al-Ghazali sebagaimana telah terurai diatas dapat diambil kesimpulannya sebagai berikut: latar belakang kehidupan dan proses perkembangan pendidikan telah membentuk al-Ghazali tumbuh menjadi seorang ulama tulen, pemikir yang kritis yang tetap secara konsekuen berazazkan ajaran agama Islam.
1. Al-Ghazali adalah seorang teolog (ahli kalam), filosuf, pemikir ulung Islam yang menyandang gelar gelar  pembela Islam (hujjatul Islam), hiasan agama (zainuddin), dan samudera yang menghanyutkan (bahrun Mughriq) serta seorang sufi. Pembahasan al-ghazali tentang manusia ada beberapa segi yang dapat dilihat sebagian dari pandangan logika sedang yang lainyya berdasar pada ajaran agama khususnya aliran tasawuf.
2. Dalam sistem pendidikan Islam tidak dikenal pendidikan agama dan pendidikan umum tanpa mengkaitkan keduanya. Tidak ada istilah ilmu akliyah tanpa mengikutsertakan ilmu syariah, tidak mengembangkan kognitif kecuali afektif dan psikomotorik sekaligus. Oleh karena itu jika banyak disinyalir dan telah nyata dihadapan kita akan terjadinya dualisme sistem pendidikan, sistem Islam dan sistem sekuler akan merusak dan menghancurkan nilai-nilai manusia, dengan hilangnya nilai akliyah bagi yang mengembangkan ilmu agama dan hilangnya nilai-nilai khulukiyah bagi yang hanya mengembangkan ilmu-ilmu umum dalam sistem pendidikannya, maka perlu adanya usaha perbaikan sistem tersebut secara integral dan jangan sampai sistem yang baru merupakan jiplakan sistem barat yang sekuler, sehingga perpaduan dua sistem ini haruslah merupakan kesempatan yang tepat untuk menghilangkan keburukan masing-masing sistem. Disinilah konsep dasar pendidikan al-Ghazali mampu menjawabnya.
3. Adapun pokok-pokok al-Ghazali tentang pendidikan adalah sebagai berikut:
a. bahwa ilmu dituntut disamping untuk ilmu itu sendiri, juga sebagai proses untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
b. Tujuan pendidikan adalah mencetak insan-insan yang sanggup melaksanakan tugas kekhalifahannya, sebagai amanah Allah SWT., yakni beribadah kepada Allah., dalam makna yang seluas-luasnya. Karena insan yang seperti inilah yang dapat menikmati kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
c. Untuk mencapai tujuan kebahagiaan dunia dan akhirat al-Ghazali mensyaratkan adanya pendidikan yang utuh, yakni perpaduan antara unsur jasmani dan rohani, antara ilmu dan amal.

Analisis:

Penyimpulan atau pembuatan kesimpulan tidak boleh lepas dari rumusan masalah atau pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam bagian rumusan masalah. Pada umumnya, banyaknya jumlah pertanyaan dalam rumusan masalah juga menentukan banyaknya jumlah rumusan kesimpulan yang harus disajikan.
Pada penelitian ini kesimpulan sudah menjawab rumusan masalah yang ada. Ditunjukkan juga dengan jumlah kesimpulan yang sama dengan rumusan masalah. Simpulan telah disajikan secara berurutan. Sehingga mengindikasikan bahwa simpulan nomor satu berarti menjawab rumusan masalah nomor satu, demikian seterusnya.

B. Saran-saran
1. Sekalipun Ihya Ulumuddin dianggap sebagai kitab intisari pemikiran al-Ghazali yang paling komplit, namun belum banyak yang tergali secara sempurna, oleh karena itu hendaknya perlu penggalian dan rumusan yang lebih komprehensif, sehingga pemikiran-pemikiran al-Ghazali tentang pendidikan akan terkuak lebih sempurna
2. Kepada para pakar dan cendekiawan muslim, khususnya para peneliti, hendaknya mengadakan penelitian lebih lanjut tentang kitab-kitab yang ditulis oleh al-Ghazali kemudian direlenvansikan dengan konteks pendidikan dalam era globalisasi ini.

Analisis:

Saran yang diberikan harus benar-benar berkaitan dengan hasil-hasil penelitian dan didukung oleh data penelitian yang diperoleh. Saran yang diberikan juga harus jelas ditujukan kepada siapa. Umumnya saran dapat diberikan untuk tujuan (1) pengembangan teori (bersifat teoritis), (2) bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan (bersifat praktis), (3) calon penelitian berikutnya.
Menurut penganalisis, sebaiknya peneliti memberikan saran-sarannya dengan format seperti di atas (saran teoritis, praktis dan penelitian selanjutnya), sebab akan lebih memudahkan mengidentifikasi jika ada gagasan atau ide-ide penelitian baru. Terlepas dari hal itu, peneliti telah memberikan saran-saran yang cukup berharga untuk penelitian selanjutnya yang bisa melengkapi penelitian yang teah dilakukannya.







DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi. PPs UIN Maliki Malang, 2009.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006
Rahardjo, Mudjia. Sekilas Tentang Studi Tokoh Dalam Penelitian, Artikel.  dalam http://www.mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/218-sekilas-tentang-studi-tokoh-dalam-penelitian-.html diakses pada 16 Juni 2011
Ruseffendi, Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Eksakta Lainnya, Bandung: Tarsito. 2005
Wahidmurni, Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan, Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Malang: UM Press. 2008
Wahidmurni, dkk, Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi. Malang: Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2009