BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Spanyol merupakan salah satu negara di eropa. Pada waktu itu Spanyol
merupakan pusat peradaban islam yang sangat penting, dan menyaingi Baghdad di
Timur. Ketika itu orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di
perguruan-perguruan tinggi Islam di sana.
Spanyol diduduki oleh umat Islam pada masa kepemimpinan Khalifah Al Walid
(705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus. Selain itu dalam proses penakhlukan Spanyol teradapat tiga pimpinan
besar yang berjasa dalam memimpin satuan-satuan perang, yakni Tharif ibn Malik,
Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair.
Sisilia merupakan sebuah pulau di Laut Tengah, letaknya di sebelah selatan
semenanjung Italia, dipisahkan oleh selat Messina. Antara penakhlukan Sisilia
dan Spanyol oleh umat muslim pada awalnya sama-sama didorong untuk meluaskan
islam, tetapi berbeda dalam penerimaannya. Spanyol menerima kedatangan
Arab tanpa perlawanan yang berarti, kemudian memeluk islam. sedangkan Yunani
dan Latin di Sisilia memilih memberikan perlawanan gigih, tidak tersedia begitu
saja menyerahkan kota-kotanya, dan tidak mudah menerima agama si penakhluk.
Dinasti-dinasti yang semasa dengan Bani Abbasyiah terdiri dari dinasti
berkebangsaan Persia, Turki, Kurdi, Arab dan yang mengaku dirinya sebagai
khilafah. Dinasti-dianasti tersebut berusaha melepaskan diri dari kekuasaan
Bahdad pada masa khalifah Abbasiyah.
Dalam makalah ini, kami hendak memaparkankan kembali sejarah peradaban
islam di Spanyol, Sisilia dan dinasti-dinasti yang semasa dengan dinasti
Abbasyiah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah perkembangan politik, kondisi sosial keagamaan, dan
perkembangan peradaban islam di Spanyol?
2.
Bagaimanakah perkembangan peradaban islam di Sisilia?
3.
Dinasti-dinasti apa sajakah yang semasa dengan Bani Abbasyiah?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami letak geografis, perkembangan
politik, kondisi sosial keagamaan, dan perkembangan peradaban islam di Spanyol.
2.
Mahasiswa dapat mengambil ibrah dari belajar sejarah perkembangan
politik, kondisi sosial keagamaan, dan perkembangan peradaban islam di Sisilia.
3.
Mahasiswa dapat mengetahui dan mengambil manfaat dari Dinasti-dinasti kecil
yang semasa dengan Bani Abbasyiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Islam di Spanyol
Agama islam adalah
agama yang mudah oleh karena itu tidak diragukan lagi apabila perkembangan
islam begitu cepat di dunia. Di Asia dan Afrika, pertumbuhan dan kemajuan islam
begitu mudah tetapi di Eropa pertumbuhan islam begitu pelan karena tidak mudah
berdakwah kepada kaum sekulerisme.
Spanyol pada zaman
duhulu pernah dikuasai oleh umat islam di masa kejayaannya tahun 93-989
H/713-1492 M. Berarti lama sekali islam masuk di Spanyol. Sudah pasti segala
kebudayaan islam masih mengalami kemunduran, tetapi bukan berarti setelah
kemunduran itu islam lenyap sama sekali dari bumi Spanyol.[1]
1.
Masuknya Islam di Spanyol
Semenanjung Iberia di
Eropa, yang meliputi wilayah Spanyol dan wilayah Spanyol dan wilayah Portugal
sekarang ini, menjorok keselatan ujungnya hanya dipisahkan oleh sebuah selat
sempit dengan ujung benua Afrika. Bangsa Grik Tua menyebutkan selat sempit itu dengan tiang-tiang Hercules
dan diseberang selat sempit itu sepanjang kenyataan memisahkan lautan tengah
dengan lautan Tengah dan lautan Atlantik.
Semenanjung Iberia, sebelum ditahklukan bangsa Visighots pada tahun 507 M,
didiami oleh bangsa Vandals. Justru wilayah kediaman mereka itu disebut dengan
Vandalusia. Dengan mengubah ejaannyadan cara menyembunyikannya, bangsa arab
pada masa belakangan menyebut semenanjung Iberia itu dengan Andalusia[2].
Sejarah bangsa Vandal tidak banyak diketahui karena sebelum mereka sempat
berbuat banyak, pada permulaan abad keenam datanglah bangsa Ghotia Barat
merebut negeri itu dan mengusir bangsa Vandalusia ke Afrika. Pada permulaan
berdirinya kerajaan Ghotia di Spanyol merupakan kerajaan yang sangat kuat,
tetapi pada akhir pemerintahannya menjadi lemah dengan berdirinya wilai
yah-wilayah kecil sebagai akibat perpecahan dalam pemerintahan.
Disamping itu, pejabat wilayah kerajaan banyak hidup dalam kemewahan,
sementara rakyat hidup dalam kemelaratan karena banyak dan beratnya pajak yang
harus mereka bayar. Hal tersebut menimbulkan kegelisahan di kalangan rakyat, banyak di antara mereka yang mengeluh dengan keadaan itu.
Suasana yang demikian bertambah panas, ketika pejabat Ghotia Barat memaksa
penduduk yang beragama Yahudi agar masuk agama Nasrani. Orang-orang Yahudi
dikejar-kejar, dan untuk mencari keselamatan dirinya, banyak yang masuk agama
Nasrani walaupun dengan keadaan terpaksa. Dikarenakan tidak mempunyai kekuatan
untuk melawan, maka mereka hanya berdiam diri walaupun merasa menderita dengan
perlakuan tersebut. Namun dalam hati, mereka selalu mengharapkan suatu waktu
dapat melepaskan diri dari penguasa-penguasa yang zalim itu.
Sepeninggal Witiza terjadi perebutan kekuasaan antara putra Witiza dengan
Roderick, panglima Spanyol, yang ingin menjadi raja. Putra Witiza merasa paling
berhak menggantikan ayahnya. Namun, ia tidak mampu menghadapi Roderick. Oleh
karena itu, putra Witiza bersekutu dengan Grafff Yulian yang sudah lama
bermusuhan denngan Roderick. Bersekutunya dua kekuatanan itu ternyata belum
dapat mematahkan pertahanan Roderick. Oleh karena itu, untuk menambah kekuatan,
Graff Yulian meminta bantuan Musa bin Nushair yang menjabat sebagai gubernur
Afrika Utara dibawah pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus.
Ada beberapa hal yang mendorong Musa bin Nushair mengabulkan permohonan
Graff Yulian, diantaranya adalah [3]:
a.
Karena antara penduduk Spanyol
dengan Afrika Utara terlibat dalam suasana perang. Sebab penduduk Spanyol
terutama penduduk terutama yang beragama Kristen pernah melakukan beberapa kali
penyerangan terhadap daerah pantai Afrika yang sudah dikuasai oleh kaum
Muslimin.
b.
Penduduk Spanyol pernah
memberikan bantuan kepada tenara Romawi dan berusaha menduduki beberapa daerah
muslim di pantai Afrika. Dasar pertimbangan itu dikemukakan Musa kepada
khalifah Walid bin Abdul Malik, sewaktu Musa minta izin untuk mengirimkan
bantuan tentara Spanyol. Khalifah menyetujui rencana Musa.
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M), salah
seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum
penahklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya
salah satu provinsi dari Dinasti Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika
Utara itu terjadi pada zaman khalifah Abdul MAlik (685-705 M). khalifah Abdl
MAlik mengangkat Hasan bin Nu’man Al-Ghasssani menjadi gubernur didaerah itu.
Pada zaman khalifah Al-Walid, Hasan bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa bin
Nushair. Di zaman Al-Walid itu, Musa bin Nusahair memperluas
wilayah kekuasaannya dengan menduduki Alzazair di Maroko. Selain itu, ia juga
menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di
pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan
membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat
dikatakan paling berjasa memimpin satuan pasukan kewilayah tersebut. Mereka
adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair.
Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyebrangi selat
danberada siantara Maroko dan dengan benua Eropa itu denagn satu pasukan
perang, 500 orang diantaranya adalah tentara berkuda, meereka menaiki empat
buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak dapat
perlawanan yang berarti. Ia menag dan kembali ke Afrika Utara membawa harta
rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan
kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigoths yang berkuasa di Spanyol
pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan
perang, Musa bin Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak
7000 orang dibawah pimpinan Thoriq bin Ziyad.
2.
Perkembangan Politik dan Masa Keemasan Muslim Spanyol
Sejak kemenangan islam,
Spanyol dengan serta merta ikut menyempurnakan keberhasilan mereka. Penakhlukan
wilayah ini oleh Thariq ibn Ziyad pada tahun 710 M tiak medndapatkan perlawanan
yang berarti dari penguasa mereka yang mana secara politis kekuatan pemerintah
mereka berada dalam kondisi yang lemah dimana posisi rakyatnya berlawanan
dengan penguasannya.
Menurut Ajid Thohir
dalam bukunya Perkembangan Peradaban di Kawasan Islam setelah menjadi
bagian dari wilayah islam, Spanyol diperintah oleh wali-wali gubernur yang
diangkat langsung oleh pemerintahan pusat oleh Bani Umayyah I di Damaskus,
sebagai bentuk pengakuan keberhasilan mereka.[4]
Sejarah panjang umat Islam di Spanyol terbagi pada enam periode, yaitu:
a. Periode Pertama (711 -755 M) Spanyol di bawah pemerintahan Wali yang
diangkat Khalifah di Damaskus. Pada masa ini masih terdapat gangguan dari
dalam, antara lain antar elit penguasa akibat perbedaan etnis dan golongan.
Antara Khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara di Kairawan saling
mengklaim paling berhak menguasai Spanyol, hingga terjadi pergantian Gubernur
sebanyak 30 kali dalam waktu singkat. Perbedaan etnis antara suku Barbar dan
Arab menimbulkan konflik politik sehingga tidak ditemukan figure yang tangguh.
b. Periode Kedua (755-912 M) Spanyol di bawah pemerintahan Amir namun
tidak tunduk pada pusat pemerintahan Islam yang saat itu dipegang Khilafah Bani
Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama Abdurrahman I (ad-Dakhil) keturunan Bani
Umayyah yang lolos dari kejaran Bani Abbasiyah. Penguasa Spanyol periode ini:
1) Abdurrahman al-Dakhil, berhasil mendirikan masjid di Cordova dan
sekolah-sekolah.
2) Hisyam I, berhasil menegakkan hukum Islam.
3) Hakam I, sebagai pembaharu bidang militer.
4) Abdurrahman al-Ausath, penguasa yang cinta ilmu.
5) Muhammad bin Abdurrahman
6) Munzir bin Muhammad Abdullah bin Muhammad
Pada abad ke-9, stabilitas negara terganggu akibat gerakan Martyrdom
Kristen fanatik yang mencari kesyahidan.Namun pihak Gereja tidak mendukung
gerakan itu karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama.Pemerintah
menyediakan peradilan hukum khusus Kristen dan tidak dihalangi untuk bekerja
sebagai pegawai pada instansi militer. Gangguan juga timbul akibat pemberontak
di Toledo, percobaan revolusi yang dipimpin Hafshun yang berpusat di pegunungan
dekat Malaga, serta perselisihan orang Barbar dan Arab.
c. Periode Ketiga (912-1013 M) Dimulai oleh Abdurrahman an-Nashir,
Spanyol di bawah pemerintahan bergelar Khalifah (mulai tahun 929 M). Bermula
dari berita terbunuhnya Khalifah al-Muqtadir oleh pengawalnya sendiri,
menurutnya ini saat yang tepat untuk memakai gelar Khalifah setelah 150 tahun
lebih hilang dari kekuasaan Bani Umayyah. Khalifah yang memerintah pada periode
ini antara lain:
1) Abdurrahman al-Nashir (912-961 M) mencapai puncak kemajuan menyaingi
kemajuan Daulah Bani Abbasiyah di Baghdad. Ia mendirikan Universitas Cordova
yang perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku.
2) Hakam II (961-976 M) seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan.
Masyarakat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran karena pembangunan yang
berlangsung cepat.
3) Hisyam II (976-1009 M) naik tahta pada usia sebelas tahun. Ia menunjuk Ibn
Abi ‘Amir (al-Manshur Billah) sebagai pemegang kekuasaan mutlak. Ia sangat
ambisius dalam melebarkan kekuasaannya. Ia wafat tahun 1002 M dan digantikan
anaknya, al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan kekuasaan. Setelah wafat
tahun 1008 M, digantikan adiknya yang tidak memiliki kualitas sehingga negara
menjadi kacau dan hancur sehingga muncul kerajaan-kerajaan kecil. Hisyam II
mengundurkan diri tahun 1009 M dan tahun 1013 M Dewan Menteri yang memerintah
Cordova menghapus jabatan Khalifah.
d. Periode Keempat (1013-108 6 M) Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh
negara kecil dibawah pemerintahan al-Muluk ath-Thawaif (raja-raja golongan)
berpusat di Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Konflik internal antar
raja terjadi dan mereka yang bertikai sering meminta bantuan raja-raja
Kristen.Orang-orang Kristen yang melihat kelemahan ini pun memulai inisiatif
penyerangan. Meski situasi politik tidak stabil, namun pendidikan dan peradaban
terus berkembang karena para sarjana dan sastrawan terlindungi dari satu istana
ke istana lain.
e. Periode Kelima (1086-1248 M) Meski terpecah dalam beberapa negara, terdapat
kekuatan dominan yaitu Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun
(1146-1235 M). Dinasti Murabithun didirikan Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara.
Memasuki Spanyol tahun 1086 M dengan mengalahkan pasukan Castilia. Perpecahan
di kalangan Muslim menyebabkan Yusuf bin Tasyfin mudah menguasai Spanyol. Tahun
1143 M kekuasaannya berakhir karena para penggantinya lemah dan diganti DInasti
Muwahhidun yang didirikan Muhammad bin Tumart tahun 1146 M. Untuk beberapa
decade mengalami kemajuan dan setelah itu mengalami kemunduran akibat serangan
tentara Kristen di Las Navas de Tolessa 1212 M, di Cordova 1238 M, dan Seville
1248 M. Seluruh kekuasaan Islam lepas kecuali Granada.
f. Periode Keenam (1248-1492 M) Granada dikuasai Bani Ahmar (1232-1492 M) dan
mengalami kemajuan peradabanseperti masa Abdurrahman al-Nashir.Namun secara
politik mereka lemah karena perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad tidak
senang pada ayahnya yang menunjuk anaknya yang lain menggantikan sebagai raja.
Ayahnya terbunuh dan diganti Muhammad bin Sa’ad. Abu Abdullah pun meminta
bantuan Raja Ferdinand dan Isabella yang akhirnya ia naik tahta. Namun
Ferdinand dan Isabella ingin merebut kekuasaan Islam dan dengan terus menyerang
kekuasaan Islam.Abu Abdullah menyerah dan hijrah ke Afrika Utara.Umat Islam
dihadapkandua pilihan yakni masuk Kristen atau pergi dari Spanyol.Tahun 1609 M
tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.
Puncak kejayaan islam
di Spanyol terjadi pada periode ketiga (912-1013 M) dimulai dari pemerintahan
Abd ar-Rahman III yang bergelar, “An –Nasir”. Pada periode ini, Spanyol
diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah. Penggunaan gelar ini bermula
dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa al Muktadir, khalifah
daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri .
Khalifah-lhalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu
Abd ar-Rahman, an-Nasir (912-961M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II
(976-1009). Pada periode ini umat islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan
kejayaan, menyaingi kejayaan daulat Abbasyiyah di Baghdad. Abd ar-Rahman an
Nasir mendirikan universitas Cordova, perpustakaannya memiliki koleksi ratusan
ribu buku.
3.
Kemajuan Peradaban di Spanyol
a.
Kemajuan Intelektual
1)
Fisafat
Perkembangan filsafat
di Andalusia dimulai sejak abad ke-8 hingga abad ke-10. Manuskrip-manuskrip
Yunani telah diteliti dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada masa
khalifh Abbasiyah, Al-Manshur (754-755 M) telah dimulai aktifitas penerjemahan
hingga masa khalifah Al-Makmun (813-833 M). Pda masanya banyak filsafat
karya Aristoteles yang diterjemahkan.
Tokoh utama dan pertama
dalam sejarah filsafat Arab Spayol adalah Abu Bakar Muhammad bin As-Sayigh yang
dikenal dengan Ibnu Bajjah. Masalah yang dikemukakan bersifat etis dan
eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir Al-Mutawahhid. Tokoh utama
Kedua adalah Abu Bakr bin Thufail,karyanya adalah Hayy bin Yaqzhan. Tokoh
filsafat Islam Spayol lainnya adalah Ibnu Rusyd yang di Eropa terkenal dengan
Averros dari Cordova (1126-1198 M), pengikut aliran Aristoteles. Di samping
sebagai tokoh filsafat, ia juga dikenal sebagai ulama fiqh penulis Bidaryat Al-
Mujtahid. Averros juga menulis buku kedokteran Al-Kulliyah fi Ath-Thib.
2)
Sains
Sains yang terdiri dari
ilmu-ilmu kedokteran, fisika,matematika, astronomi,kimia, botani,zoology,
geologi, ilmu obat-obatan, juga berkembang dengan baik.Dalam bidang sejarah dan
geografi, wilayah islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal.
Beberapa tokoh sains dalam bidang astronomi, yaitu Abbas bin Farnas, Ibrahim
bin yahya An-Naqqash, Ibnu Safar, Al-Bitruji. Dalam bidang obat-obatan, antara
lain Ahmad bin Iyas dari Cordova, Ibnu juljul, Ibnu Hazm, Ibnu Abdurrahman bin
Syuhaid. Adapun di bidang kedokteran, yaitu Ummul Hasan binti Abi Ja’far,
seorang tokoh dokter wanita. Dalam bidang geografi, yaitu Ibnu Jubar dari
Valencia (1145-1228 M), Ibnu Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) pengeliling
dunia sampai Samudra Pasai (Sumatra) dan Cina. Sedangkan Ibnu Khaldun dari
Tunis adalah perumus filsafat sejarah, penulis buku Muqodimah.
3)
Bahasa dan Sastra
Pada masa Islam di Spayol banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, di
antaranya : Ibnu Sayyiddih, Muhammad bin Malik, pengarang Alfiyah (tata
bahasa Arab),Ibnu Khuruf, Ibnu Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan bin
Usfur dan Abu Hayyan Al-Garnathi.
Dalam bidang sastra banyak bermunculan, seperti Al-Aqd Al-Farid karya Ibnu
Abd Rabbih, Adz-Dzakirah fi Mahasin Ahl Al-Jazirah karya Ibnu Bassam, Kitab
Al-Qalaid karya Al-Fath bin Khaqan, dan lain-lain.
Kesusasteraan Spanyol
muslim yang kaya dan pengaruhnya yang luas telah diakui oleh para ilmuan.Banyak
orang Afrika Utara masa kini masih menganggap Al-Andalus sebagai Taman Eden
yang hilang.
Ada suatu citra yang menarik dari puisi Muslim di India ketika umat muslim
mulai kehilangan kekuasaan di abad ke-19. Tema-temanya serupa dengan
puisi-puisi di Spanyol Muslim menyampaikan suatu pesan serupa tentang hedoisme
sebagai suatu obat penenang untuk mengurangi rasa sakit akibat ketidaktentuan
dan akibat kehilangan dan Sufisme sebagai suatu pelarian dari dunia yang
berubah dan bermusuhan. Nama-nama terkenal merefleksikan tema-tema ini tapi
dalam konteks bagian dunia mereka sendiri (Syair MIrza Ghalib)[5]
Sungai menghampar seperti lembaran perkamen
Dimana angin sepoi-sepoi menulis baris-barisnya
Dan ketika keindahan sungai terungkap dalam baris-baris itu
Dahan-dahan merunduk membacanya.
4)
Musik dan Kesenian
Musik dan kesenian pada
masa Islam di Spayolsangat masyhur. Musik dan seni banyak memperoleh apresiasi
dari para tokoh penguasa istana. Tokoh seni dan musik antara lain : Al-Hasan
bin Nafi yang mendapat gelar Zaryab. Zaryab juga terkenal sebagai pencipta
lagu-lagu.
b.
Bidang Keilmuan Keagamaan
1)
Tafsir
Salah satu mufasir yang
terkenal dari Andalusia adalah Al-Qurtubi. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah
Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh Al-Anshari Al-Khazraji Al-
Andalusi (wafat 1273 M). Adapun karyanya dalam bidang tafsir adalah Al-jami’u
li ahkam Alquran, kitab tafsir yang terdiri dari 20 jilid ini dikenal
dengan nama Tafsir Al-Qurtubi.
2)
Fiqh
Dalam bidang
fiqh,Spayol Islam dikenal dengan penganut mahzab Maliki. Adapun yang
memperkenalkan mahzab ini di Spayol adalah Ziyad bin Abd Ar-Rahman.
Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibnu Yahya yang menjadi qadhi pada
masa Hisam bin Abdurrohman. Para ahli fiqh lainnya adalah Abu Bakr bin
Al-Quthiyah, Muniz bin Sa’id Al-Baluthi, Ibnu Rusyd,penulis kitab Bidayah
Al-Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtasid, Asy-Syatibi, penulis buku Al-Muwafaqat
fi Ushul Asy-Syari’ah (Ushul Fiqh), dan Ibnu Hazm.
c.
Kemajuan di Bidang Arsitektur Bangunan
Kemegahan bangunan fisik Islam Spayol sangat maju dan mendapat perhatian
dari umat dan penguasa. Umumnya bangunan-bangunan di Andalusia memiliki nilai
arsitektur yang tinggi. Jalan-jalan sebagai alat transportasi dibangun,
pasar-pasar dibangun untuk membangun ekonomi. Demikian pula, dam-dam,
kanal-kanal, saluran air, dan jembatan-jembatan.
1)
Cardova
Cardova adalah ibu kota
Spayol sebelum islam yang kemudian diambil alih oleh Dinasti Umayyah. Kota
Cardova oleh penguasa muslim dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun
diatas sungai yang mengalir di atas kota. Tamn-taman dibangun untuk menghiasi
Ibu Kota Spayal Islam itu. Pohon-pohon yang megah diimport dari Timur. Di
seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik
pemandangan. Setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan dipuncaknya
terpancang istana Damsik. Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya
adalah Mashed Cordova. Kota Cordova memiliki 491 masjid.
2)
Granada
Granada adalah tempat
pertahannan terakhir umat Islam di Spayol. Disini berkumpul sisa-sisa kekuatan
Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa
akhir kekuasaan islam di Spayol. Arsitektir-arsitektur bangunannya terkenal di
seluruh Eropa. Istana Al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak
ketinggian arsitektur Spayol Islam. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik
ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istan Al-Zahra, istan AlGazar, dan
menara Girilda.
3)
Sevilla
Kota Sevilla dibangun
pada masa pemerintahan Al-Muwahidin. Sevilla pernah menjadi ibu kota yang
indah bersejarah. Semula kota ini adalah rawa-rawa. Pada masa Romawi kota ini
bernama Romula Agusta, kemudian diubah menjadi Asyibiliyah (Sevilla).Sevilla
telah berada di bawah kekuasaan Islam selama lebih kurang 500 tahun. Salah satu
bangunan masjid yang didirikan pada tahun 1171 pada masa pemerintahan Sultan
Yusuf Abu Ya’kub, kini telah berubah dari masjid menjadi gereja dengan nama
Santa Maria de la Sede. Kota Sevilla jatuh ke tangan raja Ferdinand pada tahun
1248 M.
4)
Toledo
Toledo merupakan kota
penting di Andalusia sebelumdikuasai Islam. Ketika romawi menguasai kota
Toledo, kota ini dijadikan ibu kota kerajaan. Dan ketika Thoriq bin Ziyad
menguasai Toledo tahun 712 M, kota ini dijadikan pusat kegiatan umat islam,
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan penerjemahan.Toledo jatuh dari
tangan umat islam setelah direbut oleh Raja Alfonso VI dari Castilia. Beberapa
bangunan peninggalan masjid di Toledo kini dijadikan gereja oleh umat Kristen.
4.
Kehidupan Sosial Keagamaan
Toleransi ditegakkan
oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga
mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam Spanyol.
Meskipun ada persaingan
yang sengit antara Abbasiyyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol, hubungan
budaya dari timur dan barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak Abad ke-11 M,
dan seterusnya, banyak kalangan cendekiawan mengadakan perjalanan dari ujung
barat wilayah islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan
gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun umat islam terpecah dalam
beberapa kesatuan politik terdapat apa yang disebut kesatuan budaya dalam
islam.
5.
Jatuhnya Umat Muslim di Spanyol
Adapun menurut Badri
Yatim[6]
sebab-sebab yang menjadikan kemunduran dan kehancuran islam Spayol antara lain
disebabkan :
a)
Konflik penguasa Islam dengan penguasa Kristen
b)
Tidak adanya idiologi pemersatu
c)
Karena kesulitan ekonomi
d)
Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan
e)
Karena letaknya yang terpencil dari pusat wilayah dunia Islam yang
lain.
Alkisah ketika penguasa
Muslim di Granada memasukki kota tersebut setelah kemenangan dia dielu-elukan
oleh rakyatnya sebagai El-Ghalib, sang penahkluk. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dalam
kerendahan hati, mengucapkan, Wallah Ghaliba Illallah, ‘ Allah
sendirilah sang penahkluk. Ini menjadi moto penguasa-penguasa Granada. Diukir
dan diulangi berkali-kali dalam kaligrafi yang indah, pada dinding-dinding
Alhambra. Sesungguhnya ini merupakan ikhtisar yang tepat atas sejarah Muslim di
Spanyol. Berlalunya kekuasaan,kesementaraan kehidupan.
Mengapa Alhambra dibiarkan utuh dan masjid Cordoba begitu kejam
dihancurkan? Alhambra adalah sebuah benteng dan dapat digunakan kelak; mesjid
cordoba, symbol utama keyakinan Muslim, harus diubah menjadi gereja untuk
kemenangan agama Kristen.
Setelah jatuhnya Granada pada tahun 1492 pendeta-pendeta Kristen
memberi umat Muslim dan Yahudi suatu pilihan yang mengerikan; pindah agama atau
tinggalkan wilayah itu. Tapi ketika mereka pindah agama mereka dicurigai dan
pada akhirnya dibakar hidup-hidup ditiang pembakaran sebagai converses.. umat
Muslim yang tersisa dan masuk agama Kristen,kaum Morisco, akhirnya dibuang
tahun 1609. Banyak yang terbunuh.
6.
Pengaruh Peradaban Spanyol di Eropa
Spanyol merupakan
tempat paling utama bagi Eropa untuk menyerap peradaban islam, baik dalam
hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban
antarnegara.Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spayol berada di
bawah kekuasaan Islam jauh di meninggalkan Negara-negara tetangganya Eropa,
terutama dalam pemikiran dan sains di samping bangunan fisik.
Tokoh Spayol Islam yang
berpengaruh terhadap pemikiran di Eropa adalah Ibnu Rusyd, yang dikenal di
Eropa dengan Averros (1120-1198 M). Averros dikenal sebagai orang yang
melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas
pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang
berpikiran bebas. Ia mengedepankan Sunattulloh menurut pengertian Islam
terhadap ajaran pantheisme dan anthropomorphismeKristen. Pengaruh Averros demikian
besar di Eropa, sehingga muncul gerakan Averroeisme (Ibnu Rusydisme) yang
menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran
rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.
Dari gerakan
Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan
rasionalisme pada abad ke-17 M.[7]
Beberapa buku karya Ibnu Rusyd dicetak di Venesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489,
dan 1500 M. Karya-karya Ibnu Rasyd juga diterbitkan pada abad ke-16 di Napoli,
Bologma, Lyons, dan Strasbourg, dan di awal abad ke-17 di Jenewa.
Pengaruh-pengaruh
peradaban Islam, termasuk didalamnya pemikiran Ibnu Rasyd ke Eropa berawal dari
banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di berbagai Universitas
Islam di Spayol, seperti Universitas Cordova, Sevilla, Malaga, Granada, dan
Smalanca. Selama belajar di Spayol, mereka aktif menerl\jemahkan buku-buku
karya ilmuan Muslim, Pusat penerjemhan buku adalah di Toledo. Setelah pulang ke
Negerinya mereka mendirikan sekolah dan Universitas yang sama. Universitas
pertama di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M,
tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibnu Rasyd . Di akhir zaman pertengahan
Eropa, baru berdiri 18 Universitas, di dalam Universitas-Universitas tersebut,
ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam diajarkan, seperti
Ilmu kedokteran, ilmu pasti dan filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak
dipelajari adalah pemikiran Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd.[8]
B.
Islam di Sisilia
1.
Letak Geografis Sisilia
Sisilia adalah pulau di
Laut Tengah, letaknya di sebelah selatan semenanjung Italia, dipisahkan oleh
selat Messia. Pulau ini bentuknya mendekati segitiga dengan luas ±25.708 km2 . Sebelah utara terdapat teluk Palermo dan Italia,
sebelah Timur terletak teluk Catania. Belahan baratnya berbukit-bukit
memanjang. Lereng gunungnya ditumbuhi berjenis-jenis tanaman keras dan hutan.
Pulau ini dibagi menjadi tiga bagian : Val di Mazara Val di Noto dan Val
Demone. Islam telah menjadi agama resmi di Val Mazara, sedang di dua
bagian yang lain kebanyakan penduduknya Kristen.
Sebelum dikuasai Islam,
pulau ini di bawah kekuasaan Byzantium. Mereka menjadikan pulau ini sebagai
markas tentara untuk mengahadapi orang islam. Sebagaimana diketahui, daulah
Umawiyah terutama khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan mengepung kota
Konstantinopel menguasai Afrika Utara dan mengusai pulau-pulau di Laut Tengah.
Untuk menghadapi umat islam, kaisar Konstantinopel II dari Byzantium sengaja
datang tahun 662 M untuk mempertahankan semenanjung Italia dan pulau Sisila
dari ancaman Islam, namun ia terbunuh.
2.
Penakhlukan Sisilia oleh umat islam
Usaha untuk menjadikan
pulau Sisilia menjadi wilayah Islam telah dimulai sejak khalifah Usman Bin
Affan mengirimkan gubernur Muawiyah bin Abi Sufyan menyerang pulau-pulau di
Laut Tengah, termasuk Sisilia, pada tahun 652 M.
Serangan kedua
dilakukan pada tahun 667 M setelah Muawiyah menjadi khalifah. Pada zaman Abd
Malik juga dilakukan serangan, selanjutnya pada zaman Al-Walid bin Abdul
Malik. Gubernur Afrika Utara, Musa bin Nushair setelah berhasil menguasai
Andalus/Spanyol juga menyerang Sisilia di bawah pimpinan anaknya, Abdullah.
Setelah itu terjadi penyerangan yang tidak terkoordinir seperti pada tahun 724-740
M. Penyerangan serupa terjadi silih berganti, namun belum berhasil, hanya
mendapatkan harta rampasan perang. Barulah penakhlukan itu berhasil setelah
comander Euphemius seorang pangeran dan komandan angkatan laut Byzantium
mengundang Ziyadatullah, gubernur ketiga dinasti Aghlabb, untuk mengadakan
intervensi ke Sisilia.
3. Kedudukan
sisilia dalam tranformasi pemikiran
Sebagai titik temu dua wilayah yang
berbeda , Sislia secara khusus beradaptasi untuk brtindak sebagai perantara
dalam proses peralihan khazanah pengetahuan kuno dan pengetahuan pertengahan
adalah di sislia pada 1160 terjemahan pertama buku berjudul almagest terbit
dalam bahasa latin. Dirterjemahkan langsung dari bahasa yunani oleh seorang
penduduk sisilia yang cakap berbahsa yunani.wiliam tidak hanya menyokong
Proyek penterjemahan dari bahasa arab ,ia juga mendorong para penterjemah
langsung dari bhasa yunani.
Orang –orang yahudi di Sisilia ,
sebagimana di Spanyol , berperan penting dalam proyek penterjemahan
ini.meskipun bebrapa buku berbahasa arab dan yunani di terjemahkan lagi
di toledo dan hasilnya lebih baik, tetap saja sumbangan sisilia sangat
bernilai penting,
Karena raja-raja normandia dan para
penerusnya di sisilia tidak hanya berkuasa atas kepulaan itu.jejak jejak
pengetahuan arab bisa di dapatkan dengan jelas disebelah utara alps. Misalnya
rancangan compali yang bercorak renaisne bisa dikatakan di pengaruhi oleh corak
arsitekture menara bundar yang tersebar di afrika utara.
Pada awal abad ke 13 produksi sutra
telah menjadi industri di beberapa kota italia.para perajin di sana mengekspor
produk-produk tiruan dari Sisilia ke berbagai negara eropa. Kebutuhan orang
eropa terhadap tekstil dari timur itu sangat besar sehingga ada suatu masa
ketika orang-orang eropa merasa belum bersempurna berpakaian jika tidak
memiliki paling tidak satu setel pakaian semacam itu.
Selama abad ke -15 ketika orang
–rang kaya di Venesia sedang gencar-gencarnya mengadopsi dan menyebrakan gaya
serta corak islam dalam kesenian.lebih jauh Venesia menjadi pusat
industri lain.. Karajianan melapisi kuningan dengan emas perak atau tembaga
merah itu merupakan satu bidang seni yang berkembang utamanya di mosul pada
abad ke -12
Secara keseluruhan, Sisilia sebagai
mediator kebudayaan muslim biasa menklaim dirinya sebagai pusat kebuyaan paling
penting kedua setelah Spanyol dan sedikit lebih tinggi dari tingkat peradaban
di Siriah pada masa gejolak perang salib[9]
C.
Dinasti-dinasti Kecil Yang Semasa Dengan Bani Abbasyiah
1. DinastiIdrisi di Maroko (172 H-375 H / 788 M-985 M)[10]
Kerajaan ini didirikan oleh Indris
bin Abdullah, cucu Hasan putra Ali. Dia adalah salah seorang tokoh bani
Alawiyyin (nisyah Ali bin Abu Thalib). Pada tahun 172 H/788 M, Idris dilantik
sebagai imam, dan terbentuklah kerajaan Idrisi dengan ibu kota Walila. Namun
masa pemerintahannya hanya bertahan selama 5 tahun.
Selanjutnya Idris bin Idris bin Abdullah
(Idris II) menggantikan ayahnya sebagai pemerintah (177 H/793 M). Dengan pusat
pemerintahannya dipindahkan ke Fes sebagai Ibu kota yang baru pada tahun 192
H.Ketika Idris II wafat, Pemerintahannya diganti oleh
Muhammad Al-Muntashir (213 H / 828
M). Pada masa ini, kerajaan Idrisi berpecah-pecah. Akibatnya kerajaan menjadi
lemah, terutama selepas Muhammad Al-Muntashir meninggal, pemerintahannya
semakin rapuh.Kerajaan indrisi adalah kerajaan Syiah pertama dalam sejarah.
Zaman kerajaan Indrisi (172-314 H/789-926 M) adalah suatu jangka waktu yang
cukup lama dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan yang lain. Dalam aspek
dakwahnya, Idrisi yang membawa Islam dan mampu meyakinkan penduduk Maroko dan
sekitarnya.
2. Dinasti
Aghlabi (184 H-296 H / 800 M-908 M).
Dinasti Aghlabiyah adalah salah satu
Dinasti Islam di Afrika Utara yang berkuasa selama kurang lebih l00 tahun
(800-909 M). Wilayah kekuasaannya meliputi Ifriqiyah, Algeria dan Sisilia.
Dinasti ini didirikan oleh Ibnu Aghlab.
Aghlabiyah memang merupakan Dinasti
kecil pada masa Abbasiyah, yang para penguasanya adalah berasal dari keluarga
Bani al-Aghlab, sehingga Dinasti tersebut dinamakan Aghlabiyah. Awal mula
terbentuknya Dinasti tersebut yaitu ketika Baghdad di bawah pemerintahan Harun
ar-Rasyid. Di bagian Barat Afrika Utara, terdapat dua bahaya besar yang
mengancam kewibawaannya. Pertama dari Dinasti Idris yang beraliran Syi’ah dan
yang kedua dari golongan Khawarij.Dengan adanya dua ancaman tersebut
terdoronglah Harun ar-Rasyid untuk menempatkan bala tentaranya di Ifrikiah di
bawah pimpinan Ibrahim bin Al-Aghlab. Setelah berhasil mengamankan wilayah
tersebut, Ibrahim bin al-Aghlab mengusulkan kepadaHarun ar-Rasyid supaya
wilayah tersebut dihadiahkan kepadanya dan anak keturunannyasecara permanen.
Karena jika hal itu terjadi, maka ia tidak hanya mengamankan dan memerintah
wilayah tersebut, akan tetapi juga mengirim upeti ke
Baghdad setiap tahunnya sebesar
40.000 dinar. Harun ar-Rasyid menyetujui usulannya, sehingga berdirilah
Dinastikecil (Aghlabiyah) yang berpusat di Ifrikiah yang mempunyai hak otonomi
penuh. Meskipundemikian masih tetap mengakui akan kekhalifahan Baghdad .Pendiri
Dinasti ini adalah Ibrahim ibn al-Aghlab pada tahun 800 M. Pada tahun itu
Ibrahim diberi provinsi Ifriqiyah (Tunisia Modern) oleh Harun al-Rasyid sebagai
imbalan atas pajak tahunan yang besarnya 40.000 dinar dan meliputi hak-hak
otonom yang besar. Untuk menaklukkan wilayah baru dibutuhkan suatu proses yang
panjang dan perjuangan yang besar, namun tidak seperti Ifriqiyyah yang sifatnya
adalah pemberian.Dinasti Aglabiyah berkuasa kurang lebih dari satu abad, mulai
dari tahun 800-909 M.
Nama Dinasti Aglabiyah ini diambil
dari nama ayah Amir yang pertama, yaitu Ibrahim bin al-Aglab. Ia adalah seorang
pejabat Khurasan dalam militer Abbasiyah. Pada tahun 800 M. Ibrahim I diangkat
sebagai Gubernur (Amir) di Tunisia oleh Khalifah Harun ar-Rasyid. Karena ia
sangat pandai menjaga hubungan dengan Khalifah Abbasiyah seperti membayarpajak
tahunan yang besar, maka Ibrahimi I diberi kekuasaan oleh Khalifah, meliputi
hakhakotonomi yang besar seperti kebijaksanaan politik, termasuk menentukan
penggantinyatanpa campur tangan dari penguasa Abbasiyah. Hal ini dikarenakan
jarak yang cukup jauhantara Afrika Utara dengan Bagdad. Sehingga Aglabiyah
tidak terusik oleh pemerintahanAbbasiyah.
Para penguasa Dinasti Aghlabiyah
yang pernah memerintah adalah sebagai berikut :
a.
Ibrahim (179
H/795 M)
b. Abdullah I
(197 H/812 M)
c.
Ziyaadatullah
(210 H/817 M)
d. Abu Ilqal
Al-Aghlab (223 H/838 M)
e.
Muhammad I
(226 H/841 M)
f.
Ahmad (242
H/856 M)
g. Ziyaadatullah
II (248 H/863 M)
h. Abu
Al-gharaniq Muhammad II (250 H/863 M)
i.
Ibrahim II
(261 H/875 M)
j.
Abdullah II
(289 H/902 M)
k. Ziyaadatullah
III (290-296 H/903-909 M)
Aghlabiyah adalah pembangun yang
penuh semangat. Di antara bangunan-bangunan peninggalan Aghlabiah adalah:
1) Pembangunan
kembali Masjid Agung Qayrawan oleh Ziyadatullah I
2) Pembangunan
Masjid Agung Tunis oleh Ahmad.
3) Pembangunan
karya-karya pertanian dan irigasi yang bermanfaat, khususnya di Ifriqiyah
selatan yang kurang subur.
Menjelang akhir abad IX, posisi
Aghlabiah di Ifqriqiyah menjadi merosot. Hal inidisebabkan karena amir
terakhirnya yaitu Ziyadatullah III tenggelam dalam kemewahan (berfoya-foya),
dan seluruh pembesarnya tertarik pada Syi’ah, juga propaganda Syi’iah, Abu
Abdullah. Perintis Fatimiyah, Mahdi Ubaidillah mempunyai pengaruh yang cukup
besar di Barbar, yang akhirnya menimbulkan pemberontakan militer, dan Dinasti
Aghlabiyah dikalahkan oleh Fatimiyah (909 M), Ziyadatullah III diusir ke Mesir
setelah melakukan upaya-upaya yang sia-sia demi untuk mendapatkan bantuan dari
Abbasiah untuk menyelamatkan Aghlabiah.
3. Dinasti
Thulun di Mesir (254 H-292 H / 868 M-967 M)
Tuluniyah adalah sebuah dinasti yang
muncul dan berkuasa di Mesir dan Suriah, independent dari khalifah-khalifah
Abbasiyah. Ia merupakan sebuah kerajaan yang mendapat kuasa otonomi dari
kerajaan pusat di Bagdad. Kerajaan ini memerintah Mesir dan Suria di antara
tahun 254 – 292 H / 868 – 905 M dan pendirinya ialah Ahmad bin Tulun, seorang
panglima Turki.
Pendiri Dinasti Thulun yang berumur
pendek (Daulah 868-905) di Mesir dan Suriah adalah Ahmad Ibn Thulun. Ahmad bin
Thulun Lahir 23 Ramadhan 220 abad ke-3 Hijriah.
Dinasti Thulun adalah dinasti
kesultanan Mesir pertama dan berhasil memasukkan Syria ke dalam wilayah
kekuasaannya. Awal garis keturunan Thulun adalah seorang budak yang dihadiahkan
kepada Khalifah Ma’mun dari Dinasti Abbasiah oleh seorang penguasa dari
Bukhara.
Putra Thulun, yaitu Ahmad bin Thulun mendirikan
dinasti raja-raja yang berkuasadiMesir danSyria dari tahun 254 hingga 292 H.
Kemampuan militernya yang menonjol menjadikanThulun terpilih sebagai anggota
pasukan khusus pengawal Khalifah. Meski termasuk dalam jajaran pembesar
militer, literatur sejarah tak pernah mencatat keterlibatanThulun dalam
peristiwa revolusi yang dilakukan oleh budak-budak berkebangsaan Turki
(Mamalik) pasca meninggalnya al-Mu’tashim tahun 842 M.
Ayahnya adalah seorang turki dari
Farghanah, Pada 817 dipersembahkan oleh penguasa Samaniyah di Bukhara sebagai
hadiah untuk al-Ma’mun. Pada 868, Ahmad berangkat ke Mesir sebagai pimpinan
tentara untk gubernur mesir. Di sini ia segera berusaha mendapatkan kemerdekaan
dirinya. Ketika menghadapi tekanan keuangan karena adanya pembrontakan wangsa
zanj, Khalifah al-Mu’tamid (870-892) meminta bantuan finansial kepada komandan
pasukannya yang orang mesir itu, tetapi permintaan itu tidak dipenuhi.
Peristiwa ini menjadi titik balik yang mengubah sejarah kehidpan Mesir
selanjutnya. Peristiwa ini juga menandai bangkitmya sebuah Negara merdeka
dilembah sungai Nil yang kedaulatannya bertahan selama abad pertengahan.
Pada tahun 254 H/868 M, Ibn Tulun
dihantar ke Mesir sebagai wakil pemerintahan. Semasa Baghdad mengalami krisis,
Ibn Tulun memanfaatkan situasi ini dan kemudian melepaskan Baghdad.Dalam
membangun negeri, beliau menciptakan stabilitas keamanan dalam negeri. Selepas
itu ia memperhatikan juga, di bidang ekonomi. Dalam bidang keamanan, ia
membangun angkatan perang, dengan kekuatan tentaranya, memperluas wilayahnya
hingga ke Syam.Selepas Ibn Tulun (279 H/884 M), kepemimpinan diteruskan oleh
Khumarawaih (270 H/884 M), Jaisy (282 H /896 M), Harun (283 H/896 M) dan
Syaiban (292 H/905 M).
Kematian Khumarawih pada 895 (282H)
merupakan awal kemunduran dinasti itu. Persaingan yang hebat antara
unsure-unsur pembesar dinasti telah memecah persatuan dalam dinasti. Amir yang
ketiga, Abu al-Asakir bin khumarawih, dilawan oleh sebagian pasukannya dan
dapat disingkirkan (896/283 H) Adiknya yang baru berusia 14 tahun, Harun bin
Khumarawih, diangkat sebagai amir yang keempat. Akan tetapi kelemahan sudah
sedemikian rupa, sehingga wilayah syam dapat direbut oleh pasukan Qaramitah.
Amirnya yang kelima , Syaiban bin Ahmad bin thulun, hanya 12 hari saja
memerintah, karena ia menyerah ke tangan pasukan Bani Abbas yang menyerang
Mesirpada 905 (292H), dan demikian berakhirlah riwayat dinasti Thuluniyah.
4. Dinasti
Ikhsyidiyah (323 H- 357 H / 934 M-967 M)
Dinasti Ikhsyidiyah berdiri pada
tahun 323-358M.yang didirikan oleh Muhammad Ibn Tugj yang berasal dari
Turki,berkuasa di Mesir setelah Tuluniyah.Ibn Tugj menjadi gubernur Mesir
sebagai hadiah dari Abbasiyah setelah dapat mempertahankan wilayah Nil itu dari
serangan kaum Fatimiyah yang berpusat diAfrika Utara.Ia diberi gelar Ikhsyid
yang berarti pangeran atau penguasa menurut istilah yang biasa dipakai di
Sogdia dan Fargana,oleh khalifah ar-Radi yang Abbasi itu.Ia mempertahankan
gelar Amir al-Umara,panglima tertinggi bagi khalifah.Serangan bertubi-tubi dari
Fatimiyah sepanjang pemerintahan Ikhsyidiyah menyebabkan dinasti ini tidak lama
memegang tampuk kekuasaan di Mesir,dan pada akhirnya Ikhsyidiyah menyerah kalah
terhadap Fatimiyah yang telah menguat di Afrika Utara,di bawah
panglimanya,Jauhar as-Siqili.
Pada tahun 358 H/969 M, kerajaan
Ikhsidi berakhir .Sejarah sumbangan kerajaan ini , ilmu pengetahuan dan budaya,
lahirlah ilmuan seperti abu Ishaq al-Mawazi, Hasan ibn Rasyid al-Mishri dll.
Ikhsidi juga mewariskan bangunan megah seperti Istana al-Mukhtar di Raudah dan
Taman Bustan al-Kafuri.
5. Dinasti
Hamdaniyah (317 H – 399 H / 929 M – 1009 M)
Ketika kerajaan Ikhsidi berkuasa di Utara Mesir,
muncul kerajaan lain yaitu kerajaan Hamdani yang berpaham Syiah. Nama kerajaan
berasal dari nama pendirinya yaitu, Hamdan ibn Hamdun, yang berasal dari suku
Arab Taghlib. Kerajaan ini terbagi menjadi dua pihak, Mosul dan Aleppo.
Pihak Mosul dengan para pemerintahannya :
a. Abu
al-Hayja Abdullah (293 H/905 M)
b. Nashir
al-Daulah al-Hasan (17 H/929 M)
c. Uddad
al-daulah Abu taghlib (358 H/ 969 M)
d. Ibrahim dan
Al-Husein (379-389 H/981-991 M)
Pihak Alleppo dengan pemerintahannya seperti :
1) Saif
al-daulah Ali (33 H/945)
2) Sa’d
al-daulah syarif I (356 H/967 M)
3) Sa’id
al-daulah sa’id (381 H/991 M)
4) Ali II (392
H /1002 M)
5) Syarif II
(394 H/1004 M)
Kerajaan Hamdani terkenal sebagai pelindung sastera
Arab terutama Saif al-Daulah. Beberapa tokoh ternama seperti al-Farabi,
Al-Isfahani dan Abu al-Firus. Kerajaan Hamdani adalah benteng kekuatan dari
pada serangan Rom ke wilayah kekuasaan islam.
Selepas tahun 356 H dan 358 H, kerajaan Hamdani
merosot dari tangan-tangan penggantinya. Pada umumnya mereka saling berebut
kekuasaan antara keluarga sendiri. Akibatnya mereka jatuh ke tangan Kerajaan
Fatamiah.
6. Dinasti
Qaramitah.
Qirmit bermakna melangkah pendek
apabila berjalan. Ini kerana Hamdan dilihat pada zahirnya sebagai seorang yang
bersifat zuhud dan fakir. Dia menetap di kampung daerah Teluk Parsi dengan
mendirikan sebuah kawasan dan menamakannya dengan Darul Hijrah kononnya
mengikut contoh nabi. Selepas berjaya mendapat pengaruh, dia menyebarkan
ajarannya di daerah sekitarnya. Dinasti Qaramitah dimulai di tahun 874 M olah
Hamdan Qirmit. Ia seorang penganut fahamSyi'ah Ismailiah di Irak.Di tahun 899 M
kaum Qaramitah ini dapat membentuk negara merdeka di Teluk Persia, yang
kemudian menjadi pusat kegiatan merekadalam menentang kekuasaan Bani Abbas. Di
tahun 930 M, serangan serangan mereka meluas sampai sejauh Mekkah. Sewaktu
pulang mereka bawa lari al-Hajr al-Aswad yang dikembalikan baru dua puluh tahun
kemudian.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Kekuasaan Islam di Spanyol
a.
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M), salah
seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.
b.
Puncak kejayaan islam di Spanyol terjadi pada periode ketiga (912-1013 M)
dimulai dari pemerintahan Abd ar-Rahman III yang bergelar, “An –Nasir”. Pada
periode ini, Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah.
c.
Kemajuan peradaban di Spanyol terdiri atas; kemajuan intelektual,
keagamaan, dan arsitektur bangunan.
d.
Toleransi ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama
Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan
peradaban Arab Islam Spanyol.
e.
Jatuhnya kekuasan islam di Spanyol cenderung karena dari beberapa faktor
yang berasal dari faktor internal kekuasaan.
f.
Tokoh Spayol Islam yang berpengaruh terhadap pemikiran di Eropa adalah Ibnu
Rusyd, yang dikenal di Eropa dengan Averros (1120-1198 M).
2.
Sisilia adalah pulau di Laut Tengah, letaknya di sebelah selatan semenanjung
Italia, dipisahkan oleh selat Messia. Pulau ini bentuknya mendekati segitiga
dengan luas ±25.708 km. Usaha untuk
menjadikan pulau Sisilia menjadi wilayah Islam telah dimulai sejak khalifah
Usman Bin Affan mengirimkan gubernur Muawiyah bin Abi Sufyan menyerang
pulau-pulau di Laut Tengah, termasuk Sisilia, pada tahun 652 M.
3.
Dinasti-dinasti kecil yang semasa dengan Bani Abbasiyah yakni Dinasti
Idrisi di Maroko, Dinasti Aghlabi, Dinasti Thulun di Mesir, Dinasti
Ikhsyidiyah, Dinasti Hamdaniyah, dan Dinasti Qaramitah.
B.
Saran
Setelah menyusun
makalah dari beberapa sumber yang ada, maka dapat kami ambil beberpa hikmah
dari belajar sejarah. Dari sejarah peradaban islam di Spanyol dapat kita
ketahui bahwa Islam pernah berjaya di Spanyol, Seyogyanya setelah pembelajaran
sejarah ini, semoga menambah semangat untuk kami generasi islam agar bisa
merebut kembali kejayaan yang pernah diperoleh di masa yang lau.
C.
Penutup
Alhamdulillah kami
ucapkan atas terselesaikannnya makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
kemanfaatan bagi pemakalah pada khususnya dan pembaca pada umumnya dalam
menambah khazanah pengetahuan dalam mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Akbar S. Rekontruksi
Sejarah Islam di Tengah Pluralitas Agama dan Peradaban. (2003). Yogyakarta:Fajar
Pustaka
Poeradisastra, S.I.Sumbangan
Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern. (1986).Jakarta: P3M
Syoeod, Yoesoef . Kekuasaan Islam di Andalusia.(1984). Jakarta: Penerbit Maju
Syukur, Fatah . Sejarah
Peradaban Islam Cet.$. (2012). Semarang: PT Pustaka Riski Putra
Yatim, Badri Sejarah peradaban Islam. (2010). Jakarta : Rajawali
Pers
[1] Fatah Syukur,Sejarah Peradaban
Islam Cet.4, (Semarang: PT Pustaka Riski Putra,2012),hlm.121
[2] Yoesoef Syoeod, Kekuasaan Islam
di Andalusia, (Jakarta: Penerbit Maju, 1984),hlm.1.
[3] Yoesoef Syoeod, Kekuasaan Islam
di Andalusia, (Jakarta: Penerbit Maju, 1984),hlm.1.
[5]Akbar S. Ahmed, Rekontruksi
Sejarah Islam di Tengah Pluralitas Agama dan Peradaban, (Yogyakarta:Fajar
Pustaka,2003),hlm.104
[6] Badri Yatim,Sejarah peradaban
Islam, (Jakarta : Rajawali Pers,2010),hlm. 107.
[7] S.I. Poeradisastra, Sumbangan
Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern, Jakarta: P3M, 1986, hlm.67.Lihat
juga Dr.Badri Yatim,M.A., Sejarah Peradaban Islam, hlm.109.